
SAMADE – Jika mau bersabar dan mau menunjukan kasih sayang terhadap tanaman kelapa sawit, maka feed back atau hasil yang didapat pasti akan dashyat. Salah satu bentuknya adalah dengan menggunakan pupuk organik, termasuk yang berasal dari tanaman sawit itu sendiri.
Anda tak percaya? Ayo kita simak pengakuan Pinten Sitorus, petani sawit swadaya yang hanya memiliki empat hektar kebun sawit di Kota Lama, Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau.
Dari laman Elaeis.co yang diakses SAMADE, Rabu (25/8/2021), disebutkan Pinten Sitorus (45) mau membagi kiatnya kenapa produksi kebun sawitnya yang cuma hektar itu mencengangkan.
“Ya tentu kita rawat dengan telaten. Tapi yang paling penting itu, bagi saya, adalah pupuknya. Saya menggunakan pupuk organik abu tandan kosong atau tankos secara rutin selama empat tahun. Dan hasilnya di kisaran delapan ton per bulan. Tidak pernah kurang dari itu hasilnya,” kata Pinten Sitorus.
Hasil yang ia capai saat ini karena yakin serta kesabarannya menggunakan pupuk itu. Sebab, pupuk organik tidak bisa instan seperti pupuk lainnya, melainkan perlu proses waktu cukup panjang agar hasilnya memuaskan.
Untuk mendapatkan abu tankos, Pinten tidak perlu repot-repot. Dia hanya tinggal pesan sesuai kebutuhan ke pabrik terdekat yang mengelola limbah tankos menjadi abu.
“Biasanya sekali pupuk saya memerlukan 2 ton abu tankos. Duitnya hanya Rp 3,2 juta. Tak terlalu dalamlah merogoh kocek ketimbang memakai pupuk kimia,” kata dia.
Alasannya memilih pupuk organik selama ini karena harganya yang lebih rendah dibanding harga pupuk kimia.
“Memang, boleh saya katakan, kinerja pupuk organik tidak secepat kimia. Tapi, kalau sering digunakan, saya pastikan tidak mengecewakan hasilnya. Harganya juga terjangkau,” kata dia.
Nah, sedulur, separadik, saudara-saudara sekalian! Sudah terbukti kan? Jika merawat sawit dengan penuh kasih sayang dan banyak menggunakan cara-cara alami, niscaya tanaman sawit itu akan memberikan hasil yang luarbiasa juga kepada tuan yang merawatnya.